Pada hakekatnya, setiap lafal dzikir ma’tsur dari Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah spesial. Karena dzikrullah secara umum memang merupakan salah satu bentuk amal ibadah spesial. Sampai-sampai, karena saking spesialnya, ia dapat berfungsi sebagai penutup kekurangan dan pengganti (dari aspek nilai dan pahala, bukan secara hukum) bagi ibadah-ibadah lain yang terlewatkan penunaiannya.
Dari Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu bahwa, ada seorang laki-laki berkata: wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at-syari’at Islam (terasa) telah begitu banyak bagiku (sehingga aku takut tidak mampu memenuhinya). Maka mohon beritahukan kepadaku sesuatu (amalan) yang dapat aku jadikan sebagai pegangan (dan yang bisa menutup kekurangan-kekuranganku dalam amal ibadah lain)! Beliaupun bersabda: “Hendaknya lidahmu senantiasa basah karena berdzikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).Namun demikian, disaat yang sama, tetap terdapat lafal-lafal dzikir ma’tsur yang dinilai lebih spesial diantara lafal-lafal dzikir yang ada. Dan berikut ini sebagiannya.