Tiga Tingkatan Kaum Muslimin

(Oleh: Ustadz Ashim Bin Musthafa)

(Qs. Fâthir/35:32)
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
yaitu Al Kitab (Al Quran) itulah yang benar,
dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui
lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.

(Qs. Fâthir/35:31)



AL-QUR‘AN MERUPAKAN KEBENARAN DARI ALLAH TA'ALA
Allâh Ta'ala mengabarkan bahwa Al-Qur‘ân yang diwahyukan kepada Rasul-Nya adalah kebenaran. Muatan kebenaran yang terkandung di dalam Al-Qur‘ân memberikan pengertian bahwa seluruh perkara dan urusan yang telah tertera di dalamnya, baik dalam masalah ilahiyyat (aqidah tentang Allâh Ta'ala), perkara-perkara ghaib, maupun perkara-perkara lainnya adalah persis dengan kenyataan yang sebenarnya.
Al-Qur‘ân membenarkan kitab-kitab dan para rasul sebelumnya. Para rasul sebelum Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wasallam juga telah mengabarkan akan datangnya Al-Qur‘ân. Oleh sebab itu, tidak mungkin seseorang beriman kepada kitab-kitab yang dibawa oleh para rasul (sebelum Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam) tersebut, akan tetapi mengingkari Al-Qur‘ân. Pasalnya, pengingkaran orang tersebut kepada Al-Qur‘ân bertentangan dengan keimanannya kepada kitab-kitab sebelumnya (karena berita tentang Al-Qur‘ân telah termuat di dalam kitab-kitab tersebut).
Ditambah lagi, keterangan-keterangan dalam kitab-kitab sebelumnya tersebut bersesuaian dengan apa yang tertera di dalam Al-Qur‘ân. Misalnya, Allâh Ta'ala memberi kepada masing-masing umat sesuatu yang sesuai dengan kondisinya.
Dalam konteks ini, syariat-syariat yang berlaku pada zaman dahulu tidak relevan kecuali untuk masa dan zaman mereka. Oleh karena itu, Allâh Ta'ala senantiasa mengutus para rasul, sampai akhirnya ditutup oleh Rasûlullâh Muhammad shallallâhu 'alaihi wasallam. Beliau datang dengan aturan syariat yang relevan untuk setiap tempat dan masa. Demikian ringkasan keterangan Syaikh as-Sa’di rahimahullâh tentang ayat ke 31 dari surat Fâthir.[1]

TIGA GOLONGAN KAUM MUSLIMIN
Allâh Ta'ala mengabarkan betapa agung kemurahan dan kenikmatan-Nya yang telah dicurahkan kepada umat Muhammad shallallâhu 'alaihi wasallam. Pilihan Allâh Ta'ala kepada mereka, lantaran mereka umat yang sempurna dengan akalnya, memiliki pemikiran terbaik, hati yang lunak, dan jiwa yang bersih.[2]
Secara khusus, Allâh Ta'ala mewariskan kitab yang berisi kebenaran dan hidayah hakiki (Al-Qur‘ân) kepada mereka. Kitab suci yang juga memuat kandungan al-haq yang ada dalam Injil dan Taurat. Sebab, dua kitab tersebut sudah tidak relevan untuk menjadi hidayah dan pedoman bagi umat manusia, lantaran telah terintervensi oleh campur tangan manusia.[3]
Allâh Ta'ala menggolongkan orang-orang yang menerima Al-Qur‘ân, yaitu kaum muslimin menjadi tiga macam golongan. Golongan pertama disebut zhâlim linafsihi. Golongan kedua disebut muqtashid. Golongan terakhir disebut sâbiqun bil-khairât.

Golongan Pertama : zhâlim linafsihi (zhâlim linafsihi)
Makna zhâlim linafsihi merupakan sebutan bagi orang-orang muslim yang berbuat taqshîr (kurang beramal) dalam sebagian kewajiban, ditambah dengan tindakan beberapa pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan, termasuk dosa-dosa besar.[4] Atau dengan kata lain, orang yang taat kepada Allâh Ta'ala, akan tetapi ia juga berbuat maksiat kepada-Nya. Karakter golongan ini tertuang dalam firman Allâh Ta'ala berikut:[5]
(Qs. at-Taubah/9: 102)
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka,
mereka mencampur-baurkan perkerjaan yang baik
dengan pekerjaan lain yang buruk.
Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Qs. at-Taubah/9: 102)

Golongan Kedua: al-muqtashid (al-muqtashid)
Orang-orang yang termasuk dalam istilah ini, ialah mereka yang taat kepada Allâh Ta'ala tanpa melakukan kemaksiatan, namun tidak menjalankan ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allâh Ta'ala. Juga diperuntukkan bagi orang yang telah mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan saja. Tidak lebih dari itu.[6] Atau dalam pengertian lain, orang-orang yang telah mengerjakan kewajiban-kewajiban, meninggalkan perbuatan haram, namun diselingi dengan meninggalkan sejumlah amalan sunnah dan melakukan perkara yang makruh.[7]

Golongan Ketiga: sâbiqun bil-khairât (sâbiqun bil-khairât)
Kelompok ini berciri menjalankan kewajiban-kewajiban dari Allâh Ta'ala dan menjauhi muharramât (larangan-larangan). Selain itu, keistimewaan yang tidak lepas dari mereka adalah kemauan untuk menjalankan amalan-amalan ketaatan yang bukan wajib (sunnat) untuk mendekatkan diri mereka kepada Allâh Ta'ala.[8] Atau mereka adalah orang-orang yang mengerjakan kewajiban-kewajiban, amalan-amalan sunnah lagi menjauhi dosa-dosa besar dan kecil.[9]
Adalah merupakan sesuatu yang menarik, manakala Imam al-Qurthubi rahimahullâh mengetengahkan sekian banyak pendapat ulama berkaitan dengan sifat-sifat tiga golongan di atas. Sehingga bisa dijadikan sebagai cermin dan bahan muhasabah (introspeksi diri) bagi seorang muslim dalam kehidupan sehari-harinya; apakah ia termasuk dalam golongan pertama (paling rendah), tengah-tengah, atau menempati posisi yang terbaik dalam setiap sikap, perkataan dan tindakan.[10]

JANJI BAIK DARI ALLAH TA'ALA KEPADA TIGA GOLONGAN TERSEBUT
Kemudian Allâh Ta'ala menjelaskan bahwa Dia menjanjikan Jannatun-Na’im terhadap tiga golongan itu, dan Allâh Ta'ala tidak memungkiri janji-Nya.
Allâh Ta'ala berfirman:
(Qs. Fâthir/35:33)
(Bagi mereka) surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya,
di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas,
dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.

(Qs. Fâthir/35:33)

Janji Allâh Ta'ala berupa Jannatun-Na’îm kepada semua golongan tersebut, digapai pertama kali – berdasarkan urutan pada ayat – oleh golongan zhâlim linafsih. Hal tersebut menunjukkan bahwa ayat ini termasuk arjâ âyâtil-Qur‘ân. Yaitu ayat Al-Qur‘ân yang sangat membekaskan sikap optimisme yang sangat kuat pada umat. Tidak ada satu pun seorang muslim yang keluar dari tiga klasifikasi di atas. Sehingga ayat ini dapat dijadikan sebagai dasar argumentasi bahwa pelaku dosa besar tidak kekal abadi di neraka. Pasalnya, golongan orang kafir dan balasan bagi mereka, secara khusus telah dibicarakan pada ayat-ayat setelahnya (surat Fâthir/35 ayat 36-37).
Syaikh ‘Abdul-Muhsin al-Abbâd hafizhahullah berkata tentang ayat di atas: “Allâh Ta'ala mengabarkan tentang besarnya kemurahan dan kenikmatan dengan memilih siapa saja yang Dia kehendaki untuk masuk Islam dengan mencakup tiga golongan secara keseluruhan. Setiap orang yang telah memperoleh hidayah Islam dari Allâh Ta'ala, maka tempat kembalinya adalah jannah, kendati golongan pertama akan mengalami siksa atas perbuatan kezhaliman yang dilakukan terhadap dirinya sendiri”.[11]
Hal ini sangat berbeda dengan kondisi Ahlul Kitab. Mereka hanya terbagi menjadi dua kelompok, yakni golongan yang muqtashid dalam beramal, dan golongan kedua yang jumlahnya lebih dominan adalah orang-orang yang amalannya buruk.
Allâh Ta'ala berfirman:
(Qs. al-Mâ‘idah/5:66)
… Di antara mereka ada golongan yang pertengahan.
Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.

(Qs. al-Mâ‘idah/5:66)

MENGAPA ZHÂLIMUN LINAFSIHI DIDAHULUKAN PENYEBUTANNYA DALAM AYAT?
Mengapa golongan zhâlim linafsihi dikedepankan dalam memperoleh janji Jannatun-Na’iim dibandingkan dua golongan lainnya (al-muqatshid dan sâbiqun bil-khairât), padahal merupakan tingkatan manusia yang terendah dari tiga golongan yang ada? Para ulama telah mencoba menganalisa penyebabnya. Sebagian ulama berpendapat, supaya golongan pertama itu tidak mengalami keputus-asaan dari rahmat Allâh Ta'ala, dan golongan sâbiqun bilkhairat tidak silau dan terperdaya dengan amalan sendiri. Sebagian ulama lain menyatakan, alasan mendahulukan golongan zhâlimun linafsihi lantaran mayoritas penghuni surga berasal dari golongan itu. Sebab, orang yang tidak pernah terjerumus dalam perbuatan maksiat jumlahnya sedikit. Ini berdasarkan firman Allâh Ta'ala :
(Qs. Shâd/38:24)
… Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih;
dan amat sedikitlah mereka ini…

(Qs. Shâd/38:24)
Secara lebih luas, Imam al-Qurthubi rahimahullâh telah memaparkan pendapat-pendapat ulama yang lain dalam kitab tafsirnya.[12]

NABI NUH AS

Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.

Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".

NABI IDRIS AS

Tidak banyak keterangan yang didapat tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran maupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi. Di dalam Al-Quran hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris yaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57:


"Dan ceritakanlah ( hai Muhammad kepada mereka , kisah ) Idris yang terdapat di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 - Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 }


NABI ADAM AS

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.


Aqidah "Ahlus Sunah Wal Jama'ah Part 2"

sambungan Ahlus sunah wal jama'ah part 1)
29. Wajib diketahui dan diyakini oleh seluruh ummat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW lahir di kota Makkah. Sesudah berusia 40 tahun diangkat menjadi rasul, lalu diturunkan kepada beliau ayat-ayat Al-Qur’an berturut-berturut selama 23 tahun. Sesudah 13 tahun menjadi rasul beliau pindah ke Madinah, menetap disitu sampai wafat. Beliau wafat sesudah melakukan tugas 23 tahun dalam usia 63 tahun. Makam Nabi Muhammad SAW berada di Madinah, dalam lingkungan Masjid Madinah sekarang.


30. Nabi Muhammad SAW adalah manusia serupa kita, bukan malaikat. Beliau makan, minum, tidur, sakit, nikah, mempunyai keluarga serupa manusia biasa. Akan tetapi kemanusiaan beliau luar biasa, rohaniyah dan jasmaniyah beliau luar biasa kuatnya, karena kepada beliau diturunkan wahyu ilahi, yang kalau diturunkan di atas bukit maka bukit tersebut akan hancur lebur. Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW walaupun beliau serupa manusia biasa tetapi beliau adalah sayyidul khalaiq, makhluk Allah SWT yang termulia di antara makhluk yang lain.

31. Silsilah nenek moyang Nabi Muhammad SAW adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Marrah bin Ka’ab bin Luai bin Galib bin Fihir bin Malik bin Nadlar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlar bin Ma’ad bin Adnan. Dari pihak ibu adalah ; Muhammad bin Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Zahrah bin Kilab (nenek Nabi yang keenam dari pihak bapak).


Aqidah "Ahlus Sunah Wal Jama'ah Part 1"

Belakangan ini banyak golongan yang mengaku/ mengklaim sebagai Islam Ahlussunnah wal Jama'ah, bahkan ada sebagian orang yang sangat ngotot mengklaim dirinya sebagai Ahlussunnah wal jamaa'ah akan tetapi tidak faham seperti apa Ahlussunnah wal jama'ah itu sesungguhnya. Sebagian bahkan tidak sadar bahwa keyakinan dan amalannya bertentangan dengan i'tiqod Ahlussunnah wal Jama'ah. Tidak jarang ketidak fahaman akan Ahlussunnah wal Jama'ah ini lantas menimbulkan polemik yang semata2 disebabkan ketidak fahaman orang tersebut akan apa dan bagaimana Islam Ahlussunnah wal Jama'ah tersebut sebenarnya.

lantas seperti apa sih ajaran Ahlussunnah wal jama'ah itu sebenarnya?

Dengan tujuan memperkenalkan Ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah kepada orang awam di dunia maya dan mungkin bisa menjadi tanbiiHul Ghoofilien bagi yang sudah tahu, maka kami berfikir semoga artikel yang berisi Penjelasan akan I'tiqod/ keyakinan versi Ahlussunnah wal Jama'ah bisa bermanfaat bagi kita sekalian. Dalam upaya memberi garis pedoman bagi pembaca yang belum mengetahui hal ini sebelumnya dalam mengenali ajaran Islam yang berkembang di masyarakat muslim (Khususnya Indonesia)
Kiranya Allah SWt meridhoi hal ini
Aamien.


Pendapat Para Imam Mengenai Sampainya Pahala Bacaan Qur’an Kepada Mayyit

Syarah Shohih Muslim lil Imam Nawawi, penjelasan hadits no 1672
وحدثنا محمد بن عبد الله بن نمير حدثنا محمد بن بشر حدثنا هشام عن أبيه عن عائشة أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يارسول الله إن أمي افتلتت نفسها ولم توص و أظنها لو تكلمت تصدقت افلها أجر إن تصدقت عنها؟ قال : نعم .
قال النواوي : وفى هذالحديث أن الصدقة عن الميت تنفع الميت ويصله ثوابها وهو على كذالك باجماع العلماء وكذا أجمعوا على وصول الدعاء و قضاء الدين الواردة فى الجميع و يصح الحج عن الميت اذا كان حج الاسلام و كذا اذا وصى بحج التطوع على الاصح عندنا و اختلف العلماء فى الصوم اذا مات وعليه صوم فالراجح جوازه عنه للاحاديث الصحيحة فيه و المشهور فى مذهبنا أن قراءة القرأن لا يصله ثوابها و قال جماعة من أصحابنا يصله ثوابها وبه قال أحمد بن حنبل و أما الصلاة وسائر الطاعات فلا تصله عندنا ولا عند الجمهور وقال أحمد يصله ثواب الجميع كالحج

dari A’isyah, bahwasanya ada seorang lelaki mendatangi Nabi S.A.W dan berkata, Ya Rasulallah, sesungguhnya ibuku telah mati, dan dia tidak memberikan wasiyat, dan aku menyangkanya, apabila dia berbicara dia akan bersedekah, apakah dia akan mendapakat pahala bila aku bersedekah atasnya? Nabi menjawab : Na’am (iya).

Mendadak Kaya Setelah Mengadopsi Anak Yatim

Dulu dia cuma seorang buruh pabrik dengan hasil yang pas-pasan. Suatu ketika datang seorang kerabat yang mengatakan ada seorang bayi yatim piatu yang butuh pertolongan. Walaupun dia juga punya seorang anak yang masih kecil dan untuk membelikan susu anaknya dia terkadang hutang, dia dan istrinya ikhlas mengadopsi bayi yatim piatu ini hanya karena Allah.
Dia tidak takut bayi itu akan mati kelaparan karena kemiskinan dia. Dia sangat yakin Allah tidak akan tinggal diam dengan keadaannya dan bayi yang dia adopsi. Akhirnya keyakinan yang besar akan pertolongan Allah itu terjawab. Allah memberi jalan rejeki dan menjadikan seorang buruh pabrik itu sebagai pengusaha sukses dengan kekayaan melimpah saat ini.
Saat saya berkunjung ke rumahnya pertama kali karena mengantar teman untuk keperluan bisnis, saya tidak percaya kalau dia dulu adalah seorang buruh pabrik. Rumahnya megah dan pabriknya juga sudah berskala nasional. Sewaktu saya tanya apa rahasia suksesnya, dia hanya menjawab tidak tahu. Mengapa dia menjawab tidak tahu? Karena semua rejeki itu datang benar-benar tanpa disangka-sangka.
Saat pertama kali membuka usaha pembuatan kue kering sebagai tambahan hidup karena anggota keluarganya bertambah (anak yatim piatu tadi), seakan keajaiban banyak terjadi pada bisnisnya. Tiba-tiba banyak datang pelanggan bahkan sampai dari luar pulau ke rumahnya dan memesan kue produksinya. Padahal dia tidak pernah beriklan.
Setelah itu banyak pihak bank dan perusahaan besar yang menawarkan pinjaman dan kerjasama bisnis dengannya. Semua datang dengan sendirinya tanpa beliau mencari-cari pinjaman atau peluang kerjasama itu. Hingga perusahaan yang semula hanya sebagai sambilan saja, kini berkembang sebagai perusahaan berskala nasional dengan omset yang besar.
“Mungkin karena saya ikhlas dan selalu berbagi mas”, itu jawaban terakhir yang terlontar dari pengusaha itu. Setiap hasil perusahaan yang dia peroleh, dia merasakan itu bukan hak dia. Makanya selalu disumbangkan untuk anak yatim, pembangunan masjid, pondok pesantren, dan para fakir miskin.
Dan satu hal yang tidak bisa dia lupakan adalah keajaiban setelah memberi pertolongan pada anak yatim piatu yang dia adopsi tersebut. Saat itulah beliau memberi wejangan pada kami tentang kekuatan doa anak yatim. Doa anak yatim (belum baligh) adalah doa yang langsung ditangkap oleh Allah. Doa anak yatim adalah doa tanpa penghalang dihadapan Allah. Allah akan langsung menjawab doa-doa anak yatim.
Saat pulang, saya mengucapkan terimakasih yang tulus pada beliau. Ilmu yang saya dapat hari itu sungguh berharga. Dan saat ini ilmu itu saya sharingkan untuk anda semua. Jangan lupakan untuk selalu berbagi dengan anak yatim, karena sebagian harga kita adalah hak mereka.
Semoga bermanfaat, sukses untuk anda…..

Amalan Asma-ul Husna untuk Membuka Pintu Rejeki

Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap umatnya. Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang sangat besar.
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah:
“Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).
Berikut ini saya sertakan beberapa amalan Asma-Ul Husna yang berguna untuk membuka pintu rejeki kita.
AL WAHHAABU
Artinya:
Dzat yang maha memberi, yaitu memberikan segalanya terhadap kebutuhan makhlukNya, tanpa diminta sebelumnya Allah sudah menyediakannya.
Keutamaannya:
- Bisa menjauhkan dari kesempitan rejeki
- Bisa mendatangkan kemudahan.
Cara mengamalkan:
Barang siapa membaca “YAA WAHHAAB” sebanyak 23 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setiap selesai sholat fardlu atau setelah sholat Hajat 2 raka’at sebanyak 800 kali, maka baginya akan dijauhkan dari kesempitan rejeki dan diberikan kemudahan dalam segala urusannya.
AR ROZZAAQU
Artinya:
Dzat yang maha memberi rejeki, yaitu memberi rejeki untuk semua makhlukNya untuk kebutuhan hidupnya. Dan Dia pula yang menentukan banyak dan sedikitnya rejeki yang akan diberikan pada hamba-hambaNya.
Keutamaannya:
- Bisa memudahkan jalan rejeki
- Bisa memberikan keberuntungan
Cara mengamalkan:
Barang siapa membaca “YAA ROZZAAQ” sebanyak-banyaknya setiap hari seteah sholat fardlu, maka ia akan dijauhkan dari kesempitan rejeki dan usahanya selalu mendapat keuntungan yang berlimpah-limpah.
AL BAASITHU
Artinya:
Dzat yang maha melapangkan rejeki, yaitu memberikan kelapangan rejeki kepada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, sehingga banyak orang bodoh dapat hidup kaya-raya, sebaliknya orang yang cerdik, pandai hidupnya miskin. Nah, demikian itulah yang dinamakan “sudah menjadi suratan takdirNya”.
Keutamaan:
- Bisa memajukan usaha dalam perniagaan
- Bisa memberikan keuntungan
Cara mengamalkan:
Barang siapa membaca “YAA BAASITH” sebanyak-banyaknya sebagai amalan yang rutin setelah sholat fardlu atau setelah sholat hajat membaca 300 kali, maka akan dijamin usahanya dalam bidang perniagaan mendapat kemajuan yang pesat dan selalu memperoleh keuntungan.
AL JALIILU
Artnya:
Dzat yang maha sempurna, yaitu Dia tidak mempunyai cacat dan kekurangan apapun sebagaimana yang dialami makhukNya. Jadi kesempurnaan Allah itu meliputi segala-galanya.
Keutamaan:
- Bisa mempercepat kemajuan perdagangan
- Bisa menjauhkan dari kesulitan hidup
Cara mengamalkan:
Barang siapa membaca “YAA JALIIL” sebanyak 99 kali, sebagai amalan rutin setiap hari setelah sholat tahajjud, maka bila dia seorang pedagang akan cepat maju, bila seorang pegawai akan segera naik pangkat dan bila seorang petani akan panen yang melimpah seta dijauhkan dari kesulitan hidup.
AL QOYYUUMU
Artinya:
Dzat yang maha berdiri sendiri, yaitu tidak berhajat kepada siapapun juga didalam mengatur dan mengurus makhlukNya.
Keutamaan:
- Bisa melancarkan jelannya rejeki
- Bisa dicintai dan disegani semua orang
Cara mengamalkan:
Barang siapa membaca “YAA QOYYUUM” sebanyak 80 kali sebagai amalan rutin setiap hari setelah sholat fardlu, maka baginya akan diberi jalan kelancaran rejeki dan juga dicintai serta disegani oleh banyak orang.
AL AAKHIRU
Artinya:
Dzat yang maha akhir, yaitu Dia tidak ada masa berakhirnya sebagaimana yang dialami hamba-hambaNya.
keutamaanya:
- Bisa memudahkan rejeki
- Bisa menjauhkan dari segala macam kesulitan hidup
Cara mengamalkan:
Barang siapa membaca “YAA AAKHIR” sebanyak 200 kali sebagai amalan rutin setiap hari setelah sholat tahajjud, maka akan dimudahkan jalan rejekinya serta bisa menjauhkan dari segala macam kesulitan hidup.
AL QHONIYYU
Artinya:
Dzat yang maha kaya, yaitu Dia yang sangat kaya raya di atas segala-galanya, sehingga kekayaanNya dapat mencukupi kebutuhan hamba-hambaNya.
Keutamaannya:
- Bisa memberikan kecukupan dalam kehidupan
- Dapat anugerah keberkahan rejeki yang didapat
Cara mengamalkan:
Barang siapa membaca “YAA GHONIYYU” sebanyak 400 kali sebagai amalan rutin setiap hari setelah sholat fardlu, maka baginya akan diberi kecukupan didalam kehidupannya dan setiap rejeki yang diperoleh akan membawa keberkahan.
AL MUGHNIY
Artinya:
Dzat yang maha memberi kekayaan, yaitu semua kekayaan yang dimiliki oleh manusia itu adalah merupakan pemberian dari Allah SWT, tetapi kebayakan manusianya sendiri yang tidak menyadari, sehingga ia menjadi pelit ketika dianjurkan untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah.
Keutamaannya:
- Bisa memudahkan apa yang dicita-citakan
- Bisa memperlancar jalannya rejeki
Cara mengamalkan:
Barang siapa membaca “YAA MUGHNIY” sebanyak 200 kali sebagai amalan yang rutin setiap hari setelah sholat fardlu, atau dibaca pada tengah malam setelah sholat Hajat, maka jalan rejekinya akan diberi kelancaran dan apa yang menjadi cita-citanya akan mudah terlaksana.
Kesungguhan dalam mengamalkan Asma-Ul Husna merupakan syarat yang mutlak diterimanya suatu permohonan, selain itu dibutuhkan juga keyakinan dan kesabaran yang penuh. Waktu terbaik untuk mengamalkan Asma-Ul Husna adalah tengah malam. Saat sebagian besar manusia telah tidur terlelap, merupakan waktu terbaik dan mustajab untuk memohon kepada Allah SWT. Semoga bermanfaat.
Download lengkap Asmaul Husna klik disini : Amalan Asmaul Husna
Sukses untuk anda…..

Tercelanya Mengikuti Hawa Nafsu (Bagian 1)

Sebuah petuah dan nasehat merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menyampaikannya antara satu dengan yang lainnya, suatu bentuk perhatian positif yang dibangun di atas dalil-dalil syar’i bersumber dari Kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين
“Dan berilah peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.” (Adz Dzariyyat: 55)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الدين النصيحة، قلنا لمن ؟ قال لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم.
“Agama ini adalah nasehat, para shahabat berkata: Bagi siapa wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin secara keseluruhan.” (HR. Muslim dari shahabat Abu Ruqayyah Tamim Ad-Dary radhiyallahu ‘anhu)
Dan juga dari shahabat Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
لا يمنعن رجلا هيبة الناس أن يقول بحق إذا علمه أو شهده أو سمعه
“Tidaklah rasa segan terhadap manusia mencegah seseorang untuk mengatakan suatu kebenaran jika dia mengetahuinya (atau menyaksikannya, atau mendengarkannya).” (As Silsilah As Shahihah no. 168)
Maka berikut ini merupakan kumpulan nasehat singkat tentang suatu penyakit yaitu hawa nafsu, sumber dari berbagai kejelekan yang mengantarkan seseorang kepada kesengsaraan di dunia dan di akhirat, sehingga dengan tulisan yang singkat ini penulis berharap bisa mengobati hati-hati yang mulai rapuh karena virus penyakit ini, menyadarkan kembali jiwa-jiwa yang tertidur lelap di atas ranjang kenikmatan yang semu dan membimbingnya ke jalan-jalan keselamatan menuju keridhaan Allah.
“Hawa nafsu!!”, suatu kata yang sering sekali kita mendengarnya di kehidupan kita. Al Imam Asy Sya’bi rahimahullah berkata: “Sesungguhnya kenapa dinamakan hawa nafsu adalah karena dia menyeret seorang hamba ke dalam an nar”
Banyak sekali celaan dan hinaan bagi para pengikut, penghamba, pengekor hawa nafsu, shahabat yang mulia Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: “Tidaklah Allah menyebutkan kata hawa di berbagai tempat di dalam Al Qur’an kecuali mencelanya!!!”
Berkata Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah: “Yang dikenal di dalam penggunaan kata hawa ketika dimutlakkan adalah kecondongan kepada segala sesuatu yang menyelisihi kebenaran, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
ولا تتبع الهوى فيضلك عن سبيل الله
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Shaad: 26)
وأما من خاف مقام ربه ونهى النفس عن الهوى
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (An Naazi’at: 40)
Al Imam Abu Bakr ‘Amr Ibn Abi Ashim Adh Dhahhak bin Makhlad Asy Syaibani rahimahullah di dalam kitab Sunnahnya membuat sebuah bab “Penyebutan hawa yang tercela kita berlindung kepada Allah darinya dan segala sesuatu yang mengundang kemurkaan-Nya“, di dalam bab tersebut terdapat sebuah hadits Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam yang diriwayatkan oleh shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
يَكُونُ أَقْوَامٌ تَتَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ الْأَهْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ فَلاَ يَبْقَى مِنْهُ مَفْصَلٌ إِلاَّ دَخَلَهُ
“Akan ada banyak kaum yang hawa nafsu mengalahkan diri-diri mereka, sebagaimana virus penyakit yang menjangkiti anjing sehingga tidak tersisa dari bagian tubuh (persendian) tersebut kecuali telah dimasuki oleh virus tersebut.” (Kitabus Sunnah no.1, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)
Maka sungguh akibat yang dihasilkan oleh hawa nafsu sangat merugikan di dunia dan di akhirat, di dunia dia terhalang dari kebenaran sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu: “Dua perkara yang aku takutkan akan menimpa kalian panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu, karena sesungguhnya panjang angan-angan melupakan kita dari akhirat adapun mengikuti hawa nafsu menghalangi seseorang dari kebenaran.”
Bahkan dengannya bisa menyeret seseorang ke dalam an-nar sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam tentang seorang hakim (pengambil keputusan) ketika di dalam menjalankan tugas dan mengambil keputusan dia dikalahkan oleh hawa nafsunya, Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
القُضَاةُ ثَلاَثَةٌ : قَاضِيَانِ فِي النَّارِ وَقَاضٍ فِي الْجَنَّةِ قَاضٍ قَضَى بِالْهَوَى فَهُوَ فِي النَّارِ وَقَاضٍ قَضَى بِغَيْرِ عِلْمٍ فَهُوَ فِي النَّارِ وَقَاضٍ قَضَى بِالْحَقِّ فَهُوَ فِي الْجَنَّةِ
“Hakim (pengambil keputusan) itu ada 3: 2 berada di an nar dan 1 berada di al jannah, seorang hakim mengambil keputusan dengan menggunakan hawa nafsunya maka dia di an nar, hakim mengambil keputusan tidak didasarkan atas ilmu maka dia di an nar, dan hakim mengambil keputusan dengan kebenaran maka dia di al jannah” (H.R Abu Dawud dan At-Tirmidzy)
Dari sedikit keterangan di atas sudah menunjukkan tentang bahayanya hawa nafsu, Al Imam Bisyr bin Al-Harits rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah bahwa seluruh bencana sumbernya adalah hawa nafsu dan obatnya adalah dengan menyelisihinya”.
Maka hanyalah dengan senantiasa bertaqarrub kepada Allah Ta’ala merupakan jalan keselamatan dari jeratan hawa nafsu, serta dengan mengikuti perintah Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, yang diantaranya dengan membimbing umatnya untuk berdo’a agar terhindar dari jeleknya hawa nafsu:
اللهم جنبني منكرات الأخلاق والأهواء والأدواء
“Ya Allah jauhkanlah hamba-Mu dari jeleknya akhlak, hawa nafsu, dan penyakit.” (H.R Ashabus Sunan, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al Albani)
Wallahu Ta’ala A’lam.

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ahmad Kediri

Sumber: http://www.assalafy.org/mahad/?p=452#more-452

Amalan amalan di Bulan Rajab

“Rasulullah SAW Bersabda : “ Sesungguhnya di surga ada sungai yang disebut dengan rajab (isinya) lebih putih dari pada susu, dan lebih manis dari pada madu. Barangsiapa yang berpuasa sunnah satu hari pada bulan Rajab akan diberi minum oleh Allah dari sungai tersebut.” (HR. Imam Baihaqi)
Adapun puasa sunnah pada bula Rajab banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang menganjurkan untuk melakukannya karena mempunyai nilai pahala ganda.
Diriwayatkan oleh Tsauban bahwa ia pada suatu ketika berjalan bersama Rasul saw melewati suatu kuburan di mana Rasulullah saw berhenti sejenak dan menagis ter-sedu2. ” Kenapa enkau menangis ya Rasulullah?” tanya Tsauban, lalu Rasulullah bersabda : “Aku berdoa untuk mereka yang sedang disiksa kuburnya maka diringankanlah siksanya oleh Allah. Coba mereka berpuasa satu hari dan tidak tidur satu malam dalam bulan Rajab, mereka tidak akan disiksa dalam kuburnya.
Dan bulan Rajab adalah bulan taubah, seorang ulama’ ahli hadits Al-Imam Muhammad bin Abdullah Al Jardani Rohimahullah menerangkan dalam kitab hadits Misbahud-dholam bahwa : “Diterangkan dalam kitab-kitab
Allah yang terdahulu, orang yang membaca :

Dibaca 70 x setiap ba’da isya’ atau waktu pagi dan sore bulan Rajab,
“Orang tersebut akan terhindar dari siksaan api neraka (dosa-dosanya diampuni oleh Allah)”
AMALAN-AMALAN DI BULAN RAJAB
Di surga ada danau yang bernama Rajab. Airnya putih melebihi putihnya air susu, manis melebihi manisnya madu dan dinginnya melebihi salju. Barang siapa puasa sehari di bulan Rajab kelak Allah akan memberikan minuman daridanau Rajab. (Al-Hadits)
Dari Abi Hurairah berkata ; Rasulullah Salallahu ‘Alaihi wassalama bersabda ; “ Barang siapa puasa pada tanggal 27 Rajab Allah mencatatnya sebagaimana orang puasa 60 bulan”.
Dan ada awal hari bulan Rajab malaikat jibril turun kepada Nabi dengan risalah untuk isra’ bersama Nabi. Nabi bersabda “Ingat bulan Rajab adalah bulannya Allah, barang siapa puasa sehari dibulan Rajab dengan iman dan keikhlasan, maka akan mendapatkan keridhoan-Nya.”(Al-Hadits)
Barang siapa membaca

Setiap ba’da isya’ malam bulan Rajab, maka tidak akan tersentuh kulitnya oleh api neraka (Al-Hadits)
Barang siapa membaca

Dibaca diantara dua khutbah hari Jum’at Akhir bulan Rojab, maka
dimudahkan rizqinya dan dicukupi segala kebutuhanya (Qaul Ulama’)
Sumber: Kitab Mukaasyafah Al-Quluub, Al-Imam Hujjatul Islam Abi Hamid bin Muhammad Al Ghozali