Tingkatkan Kesadaran Anda (2)

3. Kesadaran Spiritual
Kesadaran tingkat tiga ini mulai menggeser tumpuan kefahamannya, dari rasionalitas di kesadaran tingakt dua, menjadi bertumpu pada kefahaman yang lebih dalam. Dia mulai menggeser rasionalitas menjadi bertumpu pada’rasa’. Tiba-tiba dia melihat dan merasakan suatu yang maha Perkasa berada di balik realitas yang sedang dieksplorasinya. Dan kemudian menemui tembok pembatas yang sanagt kokoh membentur, rasionalitasnya.
Dia bertemu dengan Sebuah Kekuasaan yang tiada terperikan. Yang Mengatur, dan mengendalikan alam semesta dengan kecerdasan yang luar biasa. Sebagai contoh, ketika manusia melihat bulan, bintang dan matahari dan sejumlah meteor yang jatuh ke bumi. Banyak manfaat yang diambil dengan pengamatan indrawi. Dimana manusia bisa memanfaatkannya sebagai penentu arah perjalanan dengan berpedoman rasi bintang. Ia tahu arah timur, utara, barat dan selatan.
Namun kesadaran indrawi lantas menjebak manusia, pada kenyataan apa yang dilihatnya bahwa matahari mengelilingi bumi sebagaimana bulan. Padahal telah terbukti bahwa bumilah yang mengelilingi matahari. Inilah yang paling mendekati kenyataan ditinjau dari rasionalitas keilmuan.
Dengan melakukan pengamatan tidak langsung dan perhitungan matematis dan analis yang lebih abstrak, ternyata hasilnya bertolak belakang dengan realitas indrawi. Disini manusia dihadapi pada dua pemahaman yang sangat berbeda ketika menggunakan tingkat kesadaran yang berbeda. Kalau kita melanjutkan, maka kesadaran spiritual bakal memberikan hasil yang lebih hebat lagi dalam memahami kenyataan. Kesadaran rasional, atau ‘mata imajiner’ memiliki keterbatasan dalam menangkap ‘makna’ yang tersimpan dalam kenyataan. Makna yang terkandung dalam pesan Penciptaan.
Makna yang menjurus kepada adanya Dzat yang tiada Berhingga, yang menampilkan kecerdasan tiada terkira. Dalam sejarah ilmu pengetahuan mutakhir, dua aliran kesadaran telah melakukan pertarungan panjang untuk memahami realitas. Kelompok pertama yang diwakili oleh ilmuwan materialis. Sedangkan kelompok kedua diwakili oleh ilmuwan agamis. Kelompok pertama berpendapat bahwa alam semesta yang demikian dahsyat ini terbentuk dengan sendirinya, tanpa melibatkan Tuhan sebagai sang Pencipta. Sedangkan kelompok kedua justru ‘melihat’ adanya ‘Kecerdasan Super’ yang terlibat secara aktif dalam munculnya segala realitas yang mempesona.
Kelompok pertama menggunakan mata imajiner, sedangkan kelompok kedua menggunakan mata spiritual untuk memahami alam semesta. Hasil akhirnya adalah dua pendapat yang sangat berbeda padahal keduanya sama-sama ingin memahami kenyataan yang sama. Dan perdebatan ini berlangsung sengit hingga sekarang. Ternyata mata imajiner tidak sanggup melihat hakikat ‘ sesuatu’ dibalik mekanisme yang demikian aneh dan cerdas itu. Ini dikarenakan kesadaran rasional tidak lebih dari perpanjangan dari kesadaran indrawi yang pada substansinya ia masih melihat pada hal-hal yang bersifat fisik.
Padahal ‘makna’ yang terkandung di balik realitas itu bersifat non fisik. Yaitu sebuah kefahaman yang sangat abstrak. Yang lebih dekat kepada ‘rasa’. Dan inilah objek dari indra ke enam yang disebut hati. QS. Al Hajj (22); 46. maka tidak pernahkah mereka berjalan di muka bumi, sehingga hati mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dialam dada.
Jadi pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi, manusia hanya bisa memperoleh makna, ketika ia menggunakan hatinya sebagai sensor. Bukan lagi mata fisik. Orang yang menggunakan mata hatinya bakal bisa ‘melihat’ Allah dibalik segala kenyataan fisik yang dilihatnya. Atau dengan kalimat lain, ia telah bisa melihat merasakan kehadiran Allah diseluruh benda dan kejadian yang berinteraksi dengannya.
4. Kesadaran Tauhid
Inilah kesadaran paling tinggi. Sebuah proses lanjut dari kesadaran Spiritual. Kesadaran tauhid dicirikan oleh menyatunya segala kefahaman menjadi Tauhiddullah. Alias meng Esakan Allah semata. Bukan hanya ‘persepsi’ tapi telah menjalar keseluruh sikap dan perbuatannya. Kesadaran inilah yang bakal melahirkan kepasrahan yang mendalam kepada Allah SWT, tingkat tertinggi dalam agama Islam yang disebut sebagai ‘muslimun’. Kesadaran tauhid dimulai dengan munculnya sebuah ‘surprise’ kemanapun kita menghadap, selalu bertemu dengan Allah.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. AL Baqoroh (2); 115, Dan kepunyaan Allahlah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu menghadap disanalah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. QS. Ath Thalaq (65); 12 Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padany, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmuNya benar-benar meliputi segala sesuatu.
Ya, Allah tiba-tiba hadir dimana-mana, disetiap yang kita lihat, disetiap yang kita dengar, dipersoalan yang kita fikirkan, dan disegala sesuatu yang kita lakukan. Bahkan Allah hadir dalam sekujur tubuh kita. Mulai dari denyut jantung, tarikan nafas, geliat otot-otot, percikan sinyal-sinyal listrik di sel-sel syaraf dan otak. Allah hadir di segala penjuru kehidupan kita. Seseorang yang telah mencapai Kesadaran Tauhid tiba-tiba menjadi begitu jernih melihat kehadiran Allah dalam hidupnya. Ketika sedang sendirian, tiba-tiba menjadi begitu jernih melihat kehadiran Allah dalam hidupnya.
Ketika sedang sendirian, tiab-tiba ia merasakan betapa Allah telah hadir ditarikan dan hembusan nafasnya. Ia seakan-akan bisa melihat betapa oksigen yang dihirupnya meresap ke dalam paru-parunya, ditangkap oleh gelembung-gelembung alveoli, kemudian diedarkan ke milyaran sel-sel tubuhnya oleh mekanisme peredaran darah yang mengagumkan.
Ia melihat betapa Allah hadir dan aktif mengendalikan seluruh mekanisme distribusi oksigen itu. Ia bisa merasakan, betapa ngerinya jika Allah tidak hadir dalam proses pengangkutan oksigen itu. Proses itu bakal menjadi amburadul tidak terkendali. Jaringan alveoli di dalam paru-paru tidak mampu menangkap gelembung oksigen. Dan kemudian, darah tidak mengangkuti oksigen itu sebagaimana mestinya. Maka dalam beberapa menit, sel-sel dalam tubuh kita akan mengalami kematian massal dengan sangat dramatis. Konsisi ini dirasakan seperti tercekik, badan membiru, pingsan, mengalami kerusakan berbagai organ dan kemudian meninggal.
Betapa dominannya kekuasaan Allah berperan dalam proses ini. Dalam waktu bersamaan Allah mempertontonkan KetuhananNya. ‘Kekuasaan’, ‘Ketelitian’, ‘Kehalusan’, ‘Kehendak’, dan Kasih SayangNya. Bercampur dalam proses pasokan oksigen kedalam tubuh mahluk hidup. Bisakah kita bayangkan jika Allah berhenti satu menit saja dalam mengurus mahlukNya. Maka seluruh mahluk hidup akan mengalami masalah serius dalam seluruh proses metabolismenya. Dan seluruh benda langit akan mengalami tabrakan yang sangat dramatis. Kalau kita cermati lebih jauh, kita akan bergidik merasakan betapa DahsyatNya allah Sang Penguasa dan Sang Pencipta itu, dalam waktu bersamaan mengatur kehidupan milyaran pepohonan. Ada yang bertunas, berbunga, berbuah, bercabang, rontok dan layu diterpa angin.
Ditempat yang lain Allah menggerakkan angin, mendorong awan dan menurunkan hujan. Sekaligus hujan turun dalam butiran air, sehingga tidak merusaki daerah yang disirami air hujan. Bayangkan air hujan turun dalam bentuk air terjun, tentunya akan terjadi banyak bencana. QS. Zukhruh (43): 11 Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negri yang mati, seprti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). Dalam waktu bersamaan Allah mengendalikan 4-5 milyar genome yang bertanggung jawab terhadap reaksi kimia yang terkait dengan sifat-sifat khas seseorang. Ini berarti untuk seluruh manusia yang sekitar 5 milyar, dalam waktu bersamaan Allah mengendalikan 25 juta triliun reaksi biokomiawi di dalam seluruh manusia yang hidup di muka bumi. Dan semuanya kritis.
Jika terjadi penyimpangan satu reaksi saja, maka akan ada penyimpangan kesehatan pada seseorang. Jadi sehat tidaknya seseorang berada dalam genggaman Allah, lewat salah satu keseimbangan reaksi-reaksi biokimiawi tersebut. Puncak yang kita bahas ini adalah muncul sebuah kefahaman, bahwa semua peristiwa kritis itu hanya dikendalikan oleh Sosok Tunggal saja. Sebab jika tidak seluruh koordinasi itu akan menjadi kacau balau. Persis seperti apa yang difirmankan Allah berikut ini, QS Al Anbiyaa’ (21); 22. Sekiranya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selainAllah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy’ dari pada apa yang mereka sifatkan. Sehingga logis Allah memberikan argumentasi kepada kita. Jika tidak mengikuti satu saja aturan Allah, pastilah alam akan merasakan kerusakan, apakah itu kerusakan moral atau kerusakan alam yang pada akhirnya menuju pada kehancuran.
Sampai disinilah puncak pencarian seseorang terhadap hakekat kehidupan. Maka seluruh Jiwa dan Raga kita telah mengakui keberadaan Allah. Bukan hanya kiblat shalatnya saja, tetapi ia merasakan kehadiran Allah di seluruh penjuru kehidupannya. Pada saat itulah seseorang telah mencapai kesadaran tinggi, yaitu kesadaran Tauhid. Hidup baginya hanya bermakna satu saja, yaitu: Laa ilaaha illallah, tidak ada Tuhan (diseluruh penjuru alam semesta ini) kecuali Allah. Yang dirinya beserta seluruh mahluk ada di dalam genggaman KekuasaanNya. Ia telah mencapai kenyakinan final yang tidak bakal tergoyahkan.
Sumber : Rubrik Tarbiyatun Nafs bersama Bp. Ageng Sadnowo Refianto